Jakarta, GenZ.id – Di tengah perkembangan zaman yang serba cepat, banyak anak muda atau Generasi Z Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pendidikan dan pekerjaan.
Salah satu fenomena yang kini menjadi perhatian adalah meningkatnya jumlah generasi muda yang masuk dalam kategori NEET (Not in Education, Employment, or Training).
Tapi, apa sebenarnya NEET itu?
NEET merujuk pada individu berusia 15-24 tahun yang tidak sedang bersekolah, bekerja, ataupun mengikuti pelatihan keterampilan.
Di Indonesia, angka NEET terus meningkat, menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang belum menemukan jalur yang tepat untuk pendidikan maupun karier mereka.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah anak muda yang berstatus NEET mengalami lonjakan signifikan, menjadi perhatian serius bagi masa depan ekonomi negara.
Kenapa Banyak Generasi Z Indonesia Jadi NEET?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin banyaknya generasi muda yang terjebak dalam status NEET di Indonesia:
- Ketimpangan Akses Pendidikan
Meskipun pemerintah terus berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, banyak daerah di Indonesia masih menghadapi keterbatasan fasilitas dan akses. Banyak anak muda tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi karena faktor ekonomi atau terbatasnya sarana pendidikan di daerah mereka. - Ketidakpastian Dunia Kerja
Saat ini, banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang mereka. Dunia kerja yang semakin kompetitif membuat banyak anak muda kesulitan mencari peluang yang cocok, sehingga berujung pada status NEET. - Kurangnya Keterampilan Sesuai Kebutuhan Industri
Banyak industri saat ini membutuhkan keterampilan khusus yang tidak selalu diajarkan di bangku sekolah atau universitas. Minimnya pelatihan keterampilan membuat sebagian anak muda merasa bingung dengan masa depan mereka dan akhirnya tidak memiliki arah yang jelas.
Dampak NEET Bagi Generasi Z dan Masa Depan Indonesia
Fenomena NEET ini tentu bukan hanya soal angka, tetapi juga berdampak besar bagi masa depan generasi muda dan perekonomian negara.
Anak muda yang masuk dalam kategori NEET berisiko kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri, yang pada akhirnya bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dampak psikologis seperti kecemasan, stres, hingga perasaan tidak berdaya juga sering muncul pada mereka yang merasa terpinggirkan dari sistem pendidikan dan dunia kerja.
Namun, di sisi lain, fenomena ini juga bisa menjadi peluang bagi pemerintah dan sektor swasta untuk lebih fokus pada pelatihan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja.
Beberapa lembaga kini sudah mulai menghadirkan program kursus, magang, dan pelatihan vokasi yang bisa membantu anak muda mendapatkan keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri.
Bagaimana Solusinya?
Mengatasi fenomena NEET membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat harus bersama-sama menciptakan lebih banyak peluang pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pekerjaan agar generasi muda tidak terjebak dalam status NEET terlalu lama.
Dengan langkah konkret seperti menyediakan program pelatihan gratis, membuka lebih banyak akses beasiswa, dan memperkuat hubungan antara dunia pendidikan dan industri, Indonesia bisa memaksimalkan potensi generasi mudanya dan memastikan masa depan yang lebih cerah bagi semua.