Jakarta, GenZ.id – Kalau kamu anak streetwear sejati, nama WTAPS (dibaca double taps) pasti udah gak asing lagi. Brand asal Jepang ini bukan cuma soal style, tapi juga soal cerita dan filosofi di baliknya. Nah, bagaimana sejarah WTAPS?
Yuk, kita bedah gimana perjalanan WTAPS bisa sampai di titik jadi salah satu ikon streetwear dunia!
Awalnya dari Skena Hardcore dan Militer
Sejarah WTAPS lahir tahun 1996 di bawah kendali tangan dingin Tetsu Nishiyama, yang sebelumnya juga ngejalanin label FPAR (Forty Percent Against Rights).
Background Tetsu yang deket banget sama musik punk dan gaya militer jadi fondasi kuat buat karakter WTAPS—tegas, berani, dan penuh makna.
Filosofi WTAPS juga punya unsur taktis banget. Namanya sendiri diambil dari istilah militer “double tap”, yaitu tembakan ganda buat memastikan target kena. Ini nunjukin seberapa presisinya pendekatan brand ini terhadap desain—harus kena, harus impactful.
Gaya Militer yang Jadi DNA Desain
WTAPS gak pernah jauh-jauh dari elemen militer. Tapi bukan sekadar baju tentara biasa, WTAPS ngebawa unsur itu ke fashion modern yang bisa dipakai harian. Mulai dari jaket M-65, cargo pants, sampai aksesori penuh detail—semuanya digarap dengan kualitas dan ketelitian tingkat dewa.
Style mereka yang “organik tapi taktis” ini bikin para pecinta streetwear dan fashion enthusiast ngelirik. Dan gak jarang, desain-desain WTAPS juga jadi inspirasi buat brand lain.
Kolaborasi Gokil yang Naikin Nama WTAPS
Nama WTAPS makin melejit gara-gara kolaborasi yang gak kaleng-kaleng. Mereka pernah kerja bareng Vans, Supreme, Stüssy, New Balance, Champion, bahkan Dr. Martens.
Kolaborasi ini bukan cuma soal logo doang, tapi bener-bener gabungin dua karakter brand jadi satu produk keren.
WTAPS juga sering muncul di rilisan terbatas (limited release), yang pastinya bikin para sneakerhead dan kolektor streetwear makin berlomba dapetin koleksinya.

Filosofi Hidup yang Ditanam Lewat Fashion
Salah satu hal paling keren dari WTAPS adalah pendekatan mereka terhadap desain sebagai cerminan hidup. Dalam banyak wawancara, Tetsu pernah bilang kalau “placing things where they should be” adalah prinsip utama.
Artinya, setiap detail dalam desain harus punya tempat dan fungsi yang tepat—bukan asal keren.
Makanya setiap item WTAPS terasa personal, seolah punya cerita yang pengen disampaikan lewat potongan kain dan pola jahitannya.
Tetap Solid, Tetap Lowkey
Di saat banyak brand ngeburu spotlight, WTAPS tetap jadi pemain “underground yang dihormati.” Mereka jarang bikin kampanye besar-besaran, tapi selalu jadi pembicaraan di komunitas fashion karena kualitas dan konsistensinya.
Gaya WTAPS emang lowkey, tapi justru di situlah letak keunikannya. Mereka gak butuh sorotan terang buat bersinar—cukup dengan desain yang kuat dan loyal fans yang selalu nunggu rilisan barunya.
WTAPS: Simpel, Taktis, Tapi Kena di Hati
Perjalanan sejarah WTAPS dari label niche di Jepang sampai jadi nama besar di streetwear global emang luar biasa.
Dengan akar budaya militer, pendekatan desain yang presisi, dan filosofi hidup yang kuat, WTAPS berhasil jadi lebih dari sekadar brand. Dia udah jadi simbol gaya hidup yang autentik dan penuh makna.
Kalau kamu suka streetwear yang gak cuma soal gaya tapi juga punya cerita dan prinsip, WTAPS jelas pantas banget buat masuk wishlist lo.